JAKARTA Carvaganza - Perubahan harga kembali terjadi untuk bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia di bulan Agustus ini. PT Pertamina (Persero) resmi mengumumkan daftar harga baru produk BBM non-subsidi yang berlaku mulai tanggal 3 Agustus 2022. Perubahan harga ini juga diikuti oleh merek pemasar BBM lainnya.
Denganmenggunakan modal lebih kurang Rp 200 ribu yang dibelikan roti tawar, minuman anak-anak, minyak angin, obat sakit kepala, lem dan sabu yang dicairkan pria ini dapat memproduksi pil ekstasi
Untukmembuat sebuah perabot kayu ada beberapa bahan pembantu seperti berikut ini: 1. Kayu: mencakup sekitar 55-75% dari total biaya untuk sebuah perabot. Akan sangat berpengaruh besar terhadap harga sebuat furniture hanya dengan mrubah jenis kayu yang digunakan. Oleh dari itu penting sekali diketahui tentang jenis kayu sebelum melakukan
Bahandasar untuk baking yang penting adalah sebagai berikut: 1. Tepung serbaguna. Tepung serbaguna atau disebut juga tepung protein sedang, dapat digunakan untuk membuat apa saja, mulai dari kue kering hingga roti. Nnamun, jika ingin hasil produk baking lebih maksimal kamu bisa menyediakan tepung yang sesuai. 2.
qEkdT. – Jajaran Polres Jakarta Barat berhasil membongkar tempat pembuatan pil ekstasi di Perumahan Sentra Pondok Rajeg Blok B2 No 5, Tengah, Cibinong, Kabupaten Bogor Jawa Barat, Sabtu 22/9 dini hari. Bahan pembuatan pil yang mampu membuat teler tersebut berasal dari racikan beberapa bahan, mulai dari methapethamine, ephidrine, kafein, dan posfor. Ekstasi jenis ini dinilai berbahaya karena memuat efek depresan dan halusinogen. "Berdasarkan hasil lab, ekstasi ini lebih berbahaya dari ekstasi lain, karena itu jenis baru yang mempunyai daya rusak yang cukup kuat bagi tubuh pemakai dibandingkan ekstasi lain," ujar Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Pol Hengki Haryadi, di Jakarta Barat, Senin 24/9. Pengungkapan ekstasi jenis baru tersebut, imbuhnya berawal dari penangkapan salah satu tersangka berinisial SI. Dari hasil interogasi, didapati narkotika jenis ekstasi dan sabu di wilayah Grogol, Tanjung Duren, Jakarta Barat. Selanjutnya, petugas pun melakukan penyamaran langsung melakukan penyelidikan lebih lanjut. Dari aksi penyamaran tersebut, pihaknya berhasil menemui seorang perantara berinisial RS. Setelah itu, mereka diarahkan ke Jalan Grand Depok City, Depok Jawa Barat. Barulah setelah sampai, petugas pun melakukan transaksi langsung dengan pelaku lainnya, berinisial AP. "Petugas langsung menangkap AP bersama barang bukti sebanyak pil ekstasi. Sedangkan dari tangan RS, petugas juga menyita 1 plastik paket sabu seberat 10 gram," terang Hengki. Usai menangkap AP, pihaknya lantas melakukan penggeledahan di rumah tersangka. Dalam penggeledahan rumah AP tersebut, aparat kepolisian berhasil menemukan barang bukti narkotika jenis sabu seberat 158 gram, butir pil ekstasi, satu paket ganja, butir pil eximer, 1 kg bahan baku setengah jadi, 3 mesin alat cetak ekstasi merek TDP-O serta bahan pembuat ekstasi. Perinciannya yakni bahan baku berupa bubuk gram kafein seberat gram, bahan baku berupa bubuk avicel seberat gram, bahan baku berupa bubuk ephedrine seberat 136 gram, bahan baku berupa bubuk key seberat 35 gram, bahan baku berupa bubuk red posfor seberat gram, bahan baku berupa pewarna bubuk seberat 250 gram, 3 botol kecil bahan baku pewarna makanan cair merek kupu-kupu, 3 buah timbangan elektrik, satu buah kalkulator dan tiga unit handpone. "Dari hasil pengungkapan tersebut, kita mengamankan tiga orang tersangka yakni SI, 55, AP, 40, dan RS, 24," tegasnya. Lebih lanjut, Hengki menambahkan dalam produksinya para pelaku memproduksi esktasi 500 butir per hari dan sudah berlangsung selama 1 tahun. Bahan baku pun didapat dari pasar gelap Internasional. Setelah diracik ektasi pun dijual ke jaringan lapas yang ada di Jakarta. Sesuai informasi, AP adalah seorang residivis dengan kasus serupa dan baru bebas 3 bulan yang lalu. Para tersangka akan dijerat Pasal Pasal 113 ayat 2, Sub 114 ayat 2, Sub 112 ayat 2 Jo Pasal 132 ayat 2 UU RI No 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
Beranda Daerah Nusantara Jum'at, 02 Februari 2018 - 1426 WIB Bahan Baku Pembuat Ekstasi Asal Belanda Diamankan BNN Banten A A A SERANG - Badan Narkotika Nasional BNN Provinsi Banten mengamankan bahan baku inti pembuatan ekstasi MDMA Methylene dioxy methamphetamine milik tersangka RU 30 warga Pondok Serut, Kecamatan Serpong Utara, Kota BNNP Banten Brigjen Pol Muhamad Nurochman mengatakan, bahwa pengungkapan tersebut berawal dari adanya informasi Kantor Kanwil Bea Cukai Jakarta dan Pos Pasar curiga adanya paket yang diduga berisikan narkotika yang dikirim melalui jasa ekspedisi pos dari Belanda ke Indonesia. Setelah ditelusuri, paket akan dikirim ke RU."MDMA ini merupakan inti bahan pembuatan ekstasi, yang kita amankan enam gram, tetapi ini sudah membuktikan bahwa indonesia sangat terbuka. Pengiriman barang ini pesanan melalui online dari negara Belanda," kata Nurochman, Jumat 2/1/2018.Dia menjelaskkan, dari enam gram MDMA yang dibeli tersangka ini bisa menghasilkan 600 butir ekstasi. "Kasus ini masih kita kembangkan. Tapi, coba kita bayangkan jika beli berkali-kali, akan menghasilkan ekstasi dengan jumlah yang lebih banyak. Namun, pengakuannya baru sekali beli secara online," perbuatannya, RU yang sehari hari bekerja sebagai debcolektor itu dikenakan Pasal 114 ayat 2 dan atau Pasal 112 ayat 2 undang-undang tahun 32 tahun 2009 tentang narkotika dengan ancaman 20 tahun penjara.nag narkoba Berita Terkini More 2 menit yang lalu 33 menit yang lalu 41 menit yang lalu 50 menit yang lalu 1 jam yang lalu 1 jam yang lalu
The use of plastic can cause environmental pollution and risk the health of consumers. One of ways to solve this problem is the use of biodegradable packaging food is that edible film. Raw material for preparing edible film can be derived from starch, one of them is Breadfruit starch. Edible film can protect the packaged product of the oxidation process by adding orange skin extract. This research aimed at knowing physical and chemical characteristics of edible film of breadfruit starch with the addition of orange skin extract and the implementation of the source of student learning on Polymer material. Edible film was prepared from breadfruit starch with variation by adding 0, 2, 4 and 6 grs orange skin extract. Physical analysis was tested by using Water Vapor Transmission Rate and chemical analysis was tested by using Water Content and Antioxidant Activity Tests. Research findings showed that along with increasing the composition of orange skin extract, edible film was impairing of water vapor transmission rate, and increasing of water levels and antioxidant activity. Research product appropriateness of preparing edible film of Breadfruit starch with the addition of orange skin extract as the source of student learning on Polymer material was on the category of good Edible Film, Starch, Breadfruit, Extract, Orange Skin Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 65 PEMBUATAN EDIBLE FILM DARI PATI SUKUN DAN EKSTRAK KULIT JERUK SEBAGAI SUMBER BELAJAR MATERI POLIMER Memi Rozalina1, Yusbarina2 1Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN SUSKA Riau Email memirozalina 2Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN SUSKA Riau Email yusbarina Abstract The use of plastic can cause environmental pollution and risk the health of consumers. One of ways to solve this problem is the use of biodegradable packaging food is that edible film. Raw material for preparing edible film can be derived from starch, one of them is Breadfruit starch. Edible film can protect the packaged product of the oxidation process by adding orange skin extract. This research aimed at knowing physical and chemical characteristics of edible film of breadfruit starch with the addition of orange skin extract and the implementation of the source of student learning on Polymer material. Edible film was prepared from breadfruit starch with variation by adding 0, 2, 4 and 6 grs orange skin extract. Physical analysis was tested by using Water Vapor Transmission Rate and chemical analysis was tested by using Water Content and Antioxidant Activity Tests. Research findings showed that along with increasing the composition of orange skin extract, edible film was impairing of water vapor transmission rate, and increasing of water levels and antioxidant activity. Research product appropriateness of preparing edible film of Breadfruit starch with the addition of orange skin extract as the source of student learning on Polymer material was on the category of good Keywords Edible Film, Starch, Breadfruit, Extract, Orange Skin 1. PENDAHULUAN Akhir-akhir ini kemasan yang lebih maju modern telah banyak digunakan secara meluas pada produk bahan pangan dan hasil pertanian adalah plastik [1], alasan penggunaannya karena plastik memiliki berbagai keunggulan seperti fleksibel, mudah dibentuk, transparan, tidak mudah pecah dan harganya yang relatif murah [2]. Disamping keunggulan tersebut, polimer plastik juga mempunyai berbagai kelemahan, yaitu tidak tahan panas, dapat mencemari produk sehingga mengandung resiko keamanan dan kesehatan konsumen [1]. Plastik yang berasal dari minyak bumi jumlahnya semakin terbatas dan sifatnya yang tidak mudah didegradasi meskipun telah ditimbun puluhan tahun, akibatnya terjadi penumpukan limbah plastik yang menjadi penyebab pencemaran lingkungan [3]. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memakai pengemas makanan yang biodegradable yaitu edible film [4]. Edible film merupakan suatu kemasan primer yang ramah lingkungan yang berfungsi untuk mengemas dan melindungi pangan, dan dapat menampakkan produk pangan karena bersifat transparan, serta dapat langsung dimakan bersama produk yang dikemas karena terbuat dari bahan pangan tertentu [5]. Salah satu material yang dapat digunakan sebagai bahan baku adalah material polimer yang berbentuk bentuk pati [6]. Salah satu bahan biopolimer edible film tersebut adalah pati dari sukun. Buah sukun memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. Pati yang diperoleh dari sukun menghasilkan 18,5 g/100 g dengan kemurnian 98,86% dan kandungan amilosa 27,68% dan amilopektin 72,32% [7]. Penelitian Weni Setiani menyebutkan bahwa sukun dapat digunakan sebagai bahan pembuatan edible film. Dimana hasil terbaik 66 edible film adalah pada formulasi pati sukun-kitosan 64. Selain berperan sebagai pengemas bahan pangan, edible film juga dapat berfungsi sebagai pembawa senyawa antioksidan [5]. Salah satu sumber antioksidan yang dapat digunakan adalah kulit jeruk. Kulit jeruk manis memiliki IC50 0,564 mg/mL dan kadar fenolik total adalah 277 mg/g GAE dan jumlah flavonoid 777,23 mg/100 g [8]. Edible film selain digunakan sebagai pengemas makanan juga dapat diimplementasikan ke sekolah pada materi polimer. Pada materi ini peserta didik hanya diberi pengetahuan melalui konsep-konsep dan kurang dibahas tentang polimer dalam kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang menyebabkan kurang berminatnya peserta didik terhadap materi kimia polimer sehingga diperlukan suatu sumber belajar yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kimia dan dapat memberikan daya tarik kepada peserta didik dalam mempelajari kimia polimer. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Oktober 2016 di Laboratorium PEM Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Laboratorium HPLC Universitas Negeri Riau, SMK Telkom Pekanbaru dan MA Dar El Hikmah Pekanbaru. Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu sukun, larutan garam 1%, kulit jeruk, etanol 96%, gliserol, CMC Carboxy Methyl Cellulose, DPPH dalam etanol, aquades dan silica gel. Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu pisau, blender, saringan, ayakan, gelas beaker, neraca analitik, kaca arloji, hot plate, rotary evaporator, magnetic stirer, cetakan plat kaca, termometer, oven, desikator, sonikator, microplate reader. Tahapan penelitian dilakukan dengan tiga tahapan yaitu a. Pembuatan Pati Sukun Sukun dibersihkan, dikupas dan dipotong kecil-kecil kemudian direndam dalam larutan garam selama 1 jam. Senjutnya dihancurkan dan disaring. Kemudian larutan pati yang didapatkan diendapkan selama 12 jam. Jika sudah 12 jam endapan dipisahkan dari air. Endapan pati yang didapat kemudian dikeringkan didalam oven dengan suhu ± 40oC. Kemudian pati sukun yang sudah kering dihaluskan dan diayak dengan ayakan 140 mehs sehingga didapatkan butiran pati sukun yang halus [10]. b. Pembuatan Ekstrak Kulit Jeruk Kulit jeruk manis yang sudah dicuci bersih, diiris kecil‐kecil, kemudian dikering anginkan selama tiga hari. Selanjutnya kulit jeruk yang sudah mengering dihaluskan dengan blender dan diayak sehingga dihasilkan serbuk halus kulit jeruk [11]. Selanjutnya serbuk kulit jeruk diekstraksi dengan cara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96% selama 24 jam [12]. Kemudian sampel dimasukkan ke dalam sonikator untuk dilakukan proses sonikasi selama 1 jam dengan gelombang 40 Khz pada suhu ruang 28oC [13]. Setelah itu, dilakukan penyaringan menggunakan kapas hingga didapatkan filtrat kemudian diuapkan pelarutnya dengan rotary evaporator pada suhu 50oC [11]. c. Pembuatan Edible Film Larutan film dibuat dengan campuran 5 g pati sukun dan 2 mL gliserol dengan aquades sebanyak 100 mL didalam 4 buah gelas beaker. Larutan tersebut kemudian dipanaskan dan diaduk dengan menggunakan magnetik stirrer selama 45 menit hingga mencapai suhu gelatinisasi [7]. Suhu gelatinisasi pati sukun adalah 70-75oC [10]. Kemudian ditambahkan CMC dengan konsentrasi 0,25g. Kemudian 67 larutan tetap dipanaskan sambil diaduk selama 10 menit. Suspensi dalam gelas beaker didinginkan sampai suhu ruang. Kemudian ditambahkan ekstrak kulit jeruk dengan variasi berat 0, 2, 4 dan 6 g, kemudian diaduk kembali pada hot plate stirrer. Suspensi sebanyak 30 mL dicetak diatas plat kaca. Pengeringan dilakukan pada suhu 45oC selama 15 jam. Kemudian edible film didinginkan pada suhu ruang 25oC selama 30 menit [5]. Prosedur analisis terdiri dari a. Analisis Fisik Laju transmisi Uap Air Edible film dari Pati Sukun dengan Penambahan Ekstrak Kulit Jeruk Edible film dipotong berdiameter ± 5 cm dan diletakkan diantara dua wadah [14]. Wadah 1 berisi 15 mL aquades dan ditempatkan di wadah 2 yang berisi silica gel. Lalu disimpan pada suhu 25oC. Pengukuran dilakukan setelah penyimpanan selama 24 jam dan laju transmisi uap air dihitung dengan rumus [9] Laju transmisi Uap Air = Dimana W = perubahan berat edible film setelah 24 jam t = waktu 24 jam A = luas area permukaan film m2 b. Analisis Kimia Edible film dari Pati Sukun dengan Penambahan Ekstrak Kulit Jeruk 1 Analisis Kadar Air Sampel ditimbang sebanyak 1 g dalam cawan porselen yang telah diketahui beratnya. Sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 3 jam. Selanjutnya sampel didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Kadar air dihitung dengan rumus [5] Kadar air = x100% 2 Analisis Aktivitas Antioksidan Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan Microplate reader two fold delution dengan metode DPPH 1,1-diphenyl-2-picryl hydrazil. Sampel sebanyak 1 g dalam 10 mL MeOH dalam hal ini konsentrasi sampel 100 mg/ mL. Baris A dimasukkan sampel sebanyak 100 µL. Sebanyak 50 µL MeOH dimasukkan pada masing-masing sumur pada baris B-F. Baris A dipipet sebanyak 50 µL dan dimasukkan ke baris B, baris B dipipet 50 µL dimasukkan ke baris C dan dilakukan sampai baris F, baris F dipipet 50 µL lalu dibuang sehingga diperoleh konsentrasi 100, 50, 25, dan mg/mL. Sedangkan pada baris G-H diisi dengan MeOH 50 µL. Khusus pada baris H diisi hanya sumur 1-6. Baris A-G ditambahkan DPPH sebanyak 80 µL dengan konsentrasi 80 µg/ mL, kemudian diinkubasi selama 30 menit. Aktivitas penangkapan radikal diukur dengan Microplate reader dan olah data. Nilai % inhibisi dihitung dengan rumus [15] % Hambatan x 100% Keterangan Akontrol =Absorbansi tidak mengandung sampel Asampel = Absorbansi sampel 3 Penilaian Produk Penelitian di Sekolah Dokumentasi penelitian dibuat sebagai sumber belajar dalam materi polimer. Selanjutnya produk penelitian yang telah dibuat akan dinilai oleh guru-guru kimia di SMK Telkom Pekanbaru dan MA Dar El Hikmah Pekanbaru dalam bentuk angket. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi relatif dan 68 persentasenya digunakan rumus sebagai berikut [17] P = x 100% Keterangan F frekuensi yang sedang dicari presentasenya N jumlah frekuensi/ banyaknya individu P angka persentase 3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Pembuatan Pati Sukun Buah sukun adalah buah sukun yang sudah tua, dikarenakan kandungan karbohidratnya yang tinggi yaitu 28,20 g/100 g bahan [18]. Buah sukun yang telah dipotong direndam didalam larutan air garam 1% bertujuan untuk mengurangi pencoklatan. Buah sukun termasuk dalam buah-buahan yang mudah mengalami pencoklatan. Maka dari itu, perlu adanya perlakuan khusus terhadap buah ini untuk mempertahankan nilai gizi yang ada didalamnya [19]. Kemudian buah sukun dihancurkan dan disaring untuk memisahkan ampas buah sukun dan larutan pati. Larutan pati diendapkan selama 12 jam sampai lapisan air dan patinya memisah. Kemudian pati di keringkan pada suhu ± 40oC. Selanjutnya diayak untuk mendapatkan butiran pati sukun berwarna putih yang halus. b. Pembuatan Ekstrak Kulit Jeruk Kulit jeruk yang digunakan adalah kulit jeruk manis yang masih segar. Kulit jeruk yang telah bersih dipotong kecil-kecil dan dikeringanginkan selama tiga hari. Pengeringan dilakukan bertujuan untuk mendapatkan sampel yang tidak mudah rusak oleh adanya pertumbuhan jamur sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama [16]. Selanjutnya kulit jeruk yang sudah dihaluskan dan diayak untuk memperoleh serbuk yang homogen dan untuk mempermudah proses penarikan zat aktif pada saat ekstraksi. Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi selama 24 jam menggunakan pelarut etanol 96%. Proses ekstraksi dapat dihentikan ketika tercapai keseimbangan antara konsentrasi metabolit dalam ekstrak dan dalam bahan tanaman [16]. Kemudian sampel disonikasi selama 1 jam. Sonikasi dapat meningkatkan permeabilitas dinding sel dan menghasilkan kavitasi sehingga pelarut mudah berdifusi ke dalam sel tumbuhan[20]. Selanjutnya dilakukan penyaringan dan filtrat yang didapat diuapkan pelarutnya dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 50oC untuk menghasilkan ekstrak kulit jeruk yang kental. c. Pembuatan Edible Film Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan edible film ini adalah pati sukun. Pati sukun memiliki kadar amilosa tinggi sekitar 27,68% [7]. Sehingga menghasilkan film yang lebih kuat dari pati yang mengandung lebih sedikit amilosa [21]. Namun penggunaan bahan tunggal masih memiliki kekurangan diantaranya adalah sifat rapuh dan kaku. Oleh karena itu perlu ditambahkan bahan tambahan yaitu plasticizer yang berfungsi untuk menambah sifat elastisitas. Salah satu jenis plasticizer yang banyak digunakan adalah gliserol [5]. Kemudian bahan tersebut dilarutkan dengan aquades. Selanjutnya dipanaskan dan diaduk menggunakan hot plate stirrer selama ± 30 menit hingga mencapai suhu gelatinisasi pada suhu 73 oC. Gelatinisasi adalah perubahan yang terjadi pada granula pada waktu mengalami kenaikan suhu yang luar biasa dan tidak dapat kembali ke bentuk semula. Suhu gelatinisasi adalah suhu pada saat granula pati pecah [22]. Kemudian ditambahkan CMC yang dapat mengikat air yang berperan dalam 69 pembentukan gel [23]. Setelah itu dicetak di atas plat kaca. Sedangkan pada larutan edible film yang lain ditambahkan ekstrak kulit jeruk yang berfungsi sebagai pembawa senyawa antioksidan karena mengandung senyawa fenolik dan vitamin C. Keberadaan asam akan menyebabkan terjadinya hidrolisis molekul amilosa dan amilopektin menjadi rantai yang lebih pendek. Hal ini dapat menyebabkan pati menurun kemampuan gelatinisasi [24], sehingga perlu penambahan CMC. Kemudian di keringkan didalam oven suhu 45oC selama 15 jam. Gambar 1. Edible film dari pati sukun dengan variasi penambahan ekstrak kulit jeruk Edible film yang dihasilkan transparan dan semakin banyak ekstrak kulit jeruk yang ditambahkan maka akan memekatkan warna kuning yang dihasilkan oleh edible film. d. Analisis Fisik Laju transmisi Uap Air Edible film dari Pati Sukun dengan Penambahan Ekstrak Kulit Jeruk Hasil analisis laju transmisi uap air pada edible film dapat di lihat pada gambar 2. Gambar 2. Hasil analisis laju transmisi uap air pada edible film Berdasarkan gambar 2 dapat dilihat bahwa semakin banyak penambahan ekstrak kulit jeruk akan menurunkan nilai laju transmisi uap air edible film. Hal ini dikarenakan semakin banyak penambahan ekstrak kulit jeruk akan meningkatkan total padatan sehingga terbentuk edible film yang tebal. Peningkatan jumlah padatan, akan memperkecil rongga dalam gel. Semakin tebal dan rapat matriks film dapat mengurangi laju transmisi uap air karena sulit untuk ditembus uap air [21]. Edible film yang mempunyai nilai laju transmisi uap air yang kecil cocok digunakan untuk mengemas produk yang mempunyai kelembapan yang tinggi [14]. e. Analisis Kimia Edible film dari Pati Sukun dengan Penambahan Ekstrak Kulit Jeruk 1 Analisis Kadar Air Hasil analisis kadar air pada edible film dapat di lihat pada gambar 3. Gambar 3. Hasil analisis kadar air pada edible film Berdasarkan gambar 3 dapat dilihat bahwa semakin banyak penambahan ekstrak kulit jeruk akan menaikkan kadar air edible film. Kulit jeruk manis memiliki kadar fenolik total adalah 277 mg/g GAE [8]. Fenol yang terkandung pada ekstrak dapat membentuk ikatan hidrogen dalam air, sehingga semakin banyak ekstrak yang ditambahkan maka akan menyebabkan ikatan hidrogen Tanpa ekstrak kulit jeruk Tanpa ekstrak kulit jeruk 70 bertambah sehingga kadar air akan meningkat [25]. Kadar air yang kecil akan memperpanjang masa simpan bahan makanan, karena dapat menghambat aktivitas mikroorganisme [26]. 2 Analisis Aktivitas Antioksidan Aktivitas antioksidan diukur menggunakan metode DPPH. Kuat tidaknya antioksidan dapat dilihat dari IC50. Semakin kecil nilai IC50 berarti semakin tinggi aktvitas antioksidan [27]. Hasil analisis aktivitas antioksidan pada edible film dapat di lihat pada gambar 4. Gambar 4. Hasil analisis aktivitas antioksidan pada edible film Berdasarkan gambar 4 dapat dilihat bahwa semakin banyak penambahan ekstrak kulit jeruk akan menaikkan aktivitas antioksidan edible film. Hal ini dikarenakan ekstrak kulit jeruk mengandung senyawa antioksidan berupa vitamin C asam askorbat dan senyawa fenolik. Asam askorbat digolongkan sebagai agen pereduksi karena efektif dalam melawan agen oksidasi [28]. Sedangkan senyawa fenol mempunyai mekanisme penangkapan radikal bebas [21]. f. Penilaian Produk Penelitian di Sekolah Penilaian kelayakan produk penelitian sebagai sumber belajar pada materi polimer dilakukan dalam bentuk angket. Indikator penilaian berupa kesesuaian isi produk penelitian pembuatan edible film dari pati sukun dengan penambahan ekstrak kulit jeruk dengan materi polimer sebagai sumber belajar dan peranannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil rekapitulasi data angket pada Tabel 1, didapatkan persentase 88,33% tergolong sangat baik digunakan untuk sumber belajar pada materi polimer. Tabel 1. Analisis Hasil Jawaban Penilaian Produk Penelitian Sebagai Sumber Belajar oleh Guru Kimia Kesesuaian produk penelitian terhadap tujuan pembelajaran Kemampuan produk penelitian untuk meningkatkan atau memelihara minat siswa/I terhadap materi yang diajarkan Aplikasi produk penelitian dalam kehidupan sehari-hari Tanpa ekstrak kulit jeruk 71 4. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya ekstrak kulit jeruk maka edible film mengalami penurunan nilai laju transmisi uap air, peningkatan kadar air dan peningkatan aktivitas antioksidan. Kelayakan produk penelitian pembuatan edible film sebagai sumber belajar pada materi polimer sebesar 88,33% yang dikategorikan sangat baik sebagai sumber belajar dalam materi polimer. 5. REFERENSI [1] Sari, T. I., Hotman, P. M., Fery, P., “Pembuatan Edible Film dari Kolang Kaling”, In Jurnal Teknik Kimia, Vol. 15, No. 4, pp. 28-30, Desembar, 2008. [2] Prasetyaningrum, A., Nur, R., Deti, N. K., Fransiska, D. “Karakterisasi Bioactive Edible Film dari Komposit Alginat dan Lilin Lebah sebagai Bahan Pengemas Makanan Biodegrdable”, In Seminar Rekayasa Kimia dan Proses, Semarang, Indonesia, 2010, pp. 1. [3] Setiani, W., Tety, S., Lena, R., “Preparasi dan Karakterisasi Edible Film dari Poliblend Pati Sukun-Kitosan”, In Jurnal Valensi, Vol. 3, No. 2, ISSN 1978-8193, pp. 100-108, November, 2013. [4] Sinaga, L. L., Melisa, S. R. S., Mersi, S. S., “Karakteristik Edible Film dari Ekstrak Kacang Kedelai dengan Penambahan Tepung Tapioka dan Gliserol sebagai Bahan Pengemas Makanan”, In Jurnal Teknik Kimia, Vol. 2, No. 4, pp. 12, 2013. [5] Huri, D., Fithri, C. N., “Pengaruh Konsentrasi Gliserol dan Ekstrak Ampas Kulit Apel terhadap Karakteristik Fisik dan Kimia Edible Film”, In Jurnal Pangan dan Agroindustri, Vol. 2, No. 4, pp. 30-32, Oktober, 2014. [6] Pradipta, I. M. D., Lizda. J. M., “Pembuatan dan Karakterisasi Polimer Ramah Lingkungan Berbahan Dasar Glukomanan Umbi Porang”, In Jurnal Sains dan Seni Pomits, Vol. 1, No. 1, pp. 1, 2012. [7] Marpongahtun, Cut Fatimah Zuhra, “Physical-Mechanical Properties and Microstructure of Breadfruit Starch Edible Films with Various Plasticizer”, In Jurnal Eksakta, Vol. 13, No. 1-2, pp. 56-58, Agustus, 2013. [8] Muhtadi. Anggita, L. H., Andi, S., Tanti, A. S., Haryoto, “Pengujian Daya Antioksidan dari Beberapa Ekstrak Kulit Buah Asli Indonesia dengan Metode FTC”, In Simposium Nasional RAPI XIII, Surakarta, Indonesia, 2014, pp. 50. [9] Afriyah, Y., Widya, D. R. P., Sudarma, D. W., “Penambahan Aloe vera L. dengan Tepung Sukun Artocarpus communis dan Gayong Canna edulis Ker. terhadap Karakteristik Edible Film” , In Jurnal Pangan dan Argoindustri, Vol. 3, No. 4, pp. 1315-13117, September, 2015. [10] Triwarsita, W. S. A., Windi, A., Dimas, R. A. M., “Pengaruh Penggunaan Edible Coating Pati Sukun Artocarpus Altilis dengan Variasi Konsentrasi Gliserol sebagai Plasticizer terhadap Kualitas Jenang Dodol Selama Penyimpanan”, In Jurnal Teknosains Pangan, Vol. 2, No. 1, ISSN 2302-0733, pp. 125-126, Januari, 2013. [11] Friatna, E. R., Achmad, R., Tanti, H., “Uji Aktivitas Antioksidan pada Kulit Jeruk Manis Citrus sinensis sebagai Alternatif Bahan Pembuatan Masker Wajah”, pp. 5-6, Agustus, 2011. [12] Kartikaningtyas, A. T., Prayitno, Sri, P. L., “Pengaruh Aplikasi Gel Ekstrak Kulit Citrus sinensis terhadap Epitelisasi pada Penyembuhan Luka Gingiva Tikus Sprague Dawley”, In Jurnal Maj Ked Gi Ind, Vol. 1, No. 1, ISSN 2460-0164, pp. 87, Juni, 2015. [13] Firdiyani, F., Tri, W. A., Widodo, F. M., “Ekstraksi Senyawa Bioaktif sebagai Antioksidan Alami Spirulina platensis Segar dengan Pelarut yang Berbeda”, In Jurnal JPHPI, Vol. 18, No. 1, DOI pp. 30, April, 2015. 72 [14] Amaliya, R. R., Widya, D. R. P., “Karakteristik Edible Film dari Pati Jagung dengan Penambahan Filtrat Kunyit Putih sebagai Antibakteri”, In Jurnal Pangan dan Agroindustri, Vol. 2, No. 3, pp. 46-48, Juli, 2014. [15] M. Almurdani, “Eksplorasi Senyawa Antioksidan, Antimikrobial dan Toksisitas dari Akar Tanaman Bayam Berduri Amaranthus spinosus”, J. K, Tesis Universitas Riau, Pekanbaru, Indonesia, 2013. [16] Erawati, “Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Garciniadaedalanthera Pierre dengan Metode DPPH 1,1-Difenil Pikrilhidrazil dan Identifikasi Golongan Senyawa Kimia dari Fraksi Paling Aktif”, J. F, Skripsi Universitas Indonesia, Depok, Indonesia, 2012. [17] Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta Raja Grafindo Persada, 2006, pp. 43. [18] Hendri, L. Marlina, Liferdi, “Diversifikasi Pangan dan Gizi dengan Alpukat, Pisang dan Sukun”, In Seminar Nasional Program dan Strategi Pengembangan Buah Nusantara, Solok, Indonesia, 2010, pp. 298-299. [19] Sutikno, “Pengaruh Pemblansiran Irisan Buah Sukun Artocarpus communis Terhadap Pencoklatan dan Kadar Pati sebagai Alternatif Sumber Belajar Kimia SMA Kelas XII”, J. P. K, Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Indonesia, 2008. [20] Kartini, Fitria Dwi, “Pengaruh Perbedaan Pelarut Ekstraksi Terhadap Kadar Genistein dan Aktivitas Hambatan Tirosinase Edamame Glycine max In Vitro”, J. F, Skripsi Universitas Jember, Jember, 2015. [21] Kusumawati, D. H., Widya, D. R. P., “Karakteristik Fisik dan Kimia Edible Film Pati Jagung yang Diinkorporasi dengan Perasan Temu Hitam”, In Jurnal Pangan dan Agroindustri, Vol. 1, No. 1, pp. 91-94, Oktober, 2013. [22] Coniwanti, P., Linda, L., Mardiyah, R. A., “Pembuatan Film Plastik Biodegredabel dari Pati Jagung dengan Penambahan Kitosan dan Pemplastis Gliserol”, In Jurnal Teknik Kimia, Vol. 20, No. 4, pp. 24, Desember, 2014. [23] Herawan, Cindy Dwi., “Sintesis dan Karakteristik Edible Film dari Pati Kulit Pisang dengan Penambahan Lilin Lebah Beeswax”, J. K, Skripsi Universitas Negeri Semarang, Semarang, Indonesia, 2015. [24] Kusnandar, Feri, “Karbohidrat”, Kimia Pangan Komponen Makro, Jakarta Dian Rakyat, 2011, pp. 105-125. [25] Ilah, Fina Mahabbatul, “Pengaruh Penambahan Ekstrak Etanol Daun Salam Eugenia polyantha dan Daun Beluntas Pluchea indicaless terhadap Sifat Fisik, Aktivitas Antibakteri dan Aktivitas Antioksidan pada Edible Film Berbasis Pati”, J. B, Skripsi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, Indonesia, 2015. [26] Hidayah, B. I., Neni, D., Endar, P., Pembuatan Biodegradable Film dari Pati Biji Nangka Artocarpus hetrophyllus dengan Penambahan Kitosan”, In Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”, Purwokerto, Indonedia, 2015, pp. 5. [27] Zuhra, C. F., Juliati, Br. T., Herlince, S., “Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid dari Daun Katuk Sauropus androgunus L Merr.”, In Jurnal Biologi Sumatera, Vol. 3, No. 1, ISSN 1907-5537, pp. 7-9, Januari, 2008. [28] Santoso, B., Gatot, P., Rahmad, H. P., “Sifat Fisik dan Kimia Edible Film Berantioksidan dan Aplikasinya sebagai Pengemas Primer Lempok Durian”, In Jurnal Agribisnis dan Industri Pertanian, Vol. 6, No. 1, ISSN 1412-8888, pp. 79, 2005. Yannie Asrie WidantiNur’ainiY W WulandariE E K SariModified Cassava Flour Mocaf was expected to replace that of wheat, until presently, its Mocaf application to cake products is still very limited. Local foodstuffs such as arrowroot, breadfruit, and pumpkin are being used as substitutes for Mocaf-based products, to increase nutritional value, functional properties, and improve sensory characteristics. The aim of this study was to make the right formulation of sponge cake products with Mocaf and other substitutes, such as arrowroot, breadfruit, and pumpkin flour. Also, the research design used was a complete factorial randomized type with two factors, namely the ratio of Mocaf to substitute flour 6040, 5050, and 4060, and the types of powdered alternative consisting of arrowroot, breadfruit, and pumpkin flour. Furthermore, the results showed that the most preferable sponge cake panelists were those with the use of 40% Mocaf and 60% arrowroot flour. The nutritional composition of the product was water, ash, protein, fat, and carbohydrate contents by difference. Therefore, the product had the sensory properties of a pale-yellow color, little Mocaf taste, very soft and smooth texture, a small aftertaste, and Fatimah Zuhra MarpongahtunBreadfruit contains starch can be used as raw material of edible film. Research on preparation of edible films using various types of plasticizer xylitol, sorbitol and PEG 400 has been done. The edible films were evaluated of physical-mechanical properties and microstructure. The results of this study indicate that the addition of plasticizer effect on the physical and mechanical characteristics, the edible film thickness, tensile strength and water vapor transmission rate greater using PEG 400 but percent elongation smaller than xylitol and sorbitol. Surface analysis of film was performed using Scanning Electron Microscopy SEM method. Keyword Edible Film; Pati Sukun; Plasticizer; Silitol; Sorbitol ; PEG 400 Muhtadi MuhtadiSenyawa fenolik dan flavonoid sebagai antioksidan dapat mengurangi kecepatan peroksidasi lemak. Kerusakan sel yang dipicu oleh stress oksidatif yang disebabkan oleh peroksidasi lemak karena produksi ROS yang berlebih dapat dicegah oleh antioksidan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kadar fenolik dan flavonoid total serta aktivitas antioksidan ekstrak kulit buah rambutan, durian, jeruk manis, kelengkeng dan biji kelengkeng. Kadar fenolik total diuji menggunakan metode Folin-Ciocalteu, kadar flavonoid total diuji menggunakan reagen alumunium klorida, dan aktivitas antioksidan diuji menggunakan metode FTC ferri tiosianat dimana radikal yang terbentuk akan mereduksi ferro menjadi ferri sehingga terjadi kompleks dengan tiosianat yang dibaca pada λmax 484 nm. Hasil penelitian kulit buah rambutan, durian, jeruk manis, kelengkeng dan biji kelengkeng menunjukkan kadar fenolik total ekstrak secara berurutan adalah 373,19, 64,27, 295,57, 252,93 dan 106,97 mg/g GAE gallic acid equivalent. Kadar flavonoid total secara berurutan adalah 12,18, 45,81, 9,28, 8,76 dan 5,17 mg/g QE quercetin equivalent. Potensi persen penghambatan peroksidasi lemak secara berurutan adalah 35,29%, 22,06%, 26,47%, 38,97%, dan 31,62%. Aktivitas antioksidan ekstrak biji kelengkeng, ekstrak kulit buah durian dan kelengkeng memiliki persen penghambatan peroksidasi lemak yang lebih besar daripada vitamin E sebesar 30,88%.Cut Fatimah Zuhra Juliati TariganHerlince SihotangIsolation of flavonoid compound on leaf of katuk Sauropus androgunus L Merr was done by maseration using methanol, then concentrated extract was fractionation with n-hexane. Separation carry out with column chromatography using silica gel adsorbent 60 neutral G of E type and mobile phase n-hexane acetate ethyl 3 7 v/v. The result spectrum UV estimated obtained flavonoid that type of flavanon. Flavonoid obtained was examinated antioxidant test with method of DPPH using visible spectrophotometer at wavelength 515 nm during 0-30 minutes produce decrease of absorbance from each test solution compared with solution control with value of IC50 equal to 80,69 μg/ml. That is showing the flavonoid have strong antioxidant activity, because IC50 less than 200 μg/ Aloe vera L. dengan Tepung Sukun Artocarpus communis dan Gayong Canna edulis Ker. terhadap Karakteristik Edible FilmY AfriyahD R P WidyaD W SudarmaAfriyah, Y., Widya, D. R. P., Sudarma, D. W., "Penambahan Aloe vera L. dengan Tepung Sukun Artocarpus communis dan Gayong Canna edulis Ker. terhadap Karakteristik Edible Film", In Jurnal Pangan dan Argoindustri, Vol. 3, No. 4, pp. 1315-13117, September, Penggunaan Edible Coating Pati Sukun Artocarpus Altilis dengan Variasi Konsentrasi Gliserol sebagai Plasticizer terhadap Kualitas Jenang Dodol Selama PenyimpananW S A TriwarsitaA WindiR A M DimasTriwarsita, W. S. A., Windi, A., Dimas, R. A. M., "Pengaruh Penggunaan Edible Coating Pati Sukun Artocarpus Altilis dengan Variasi Konsentrasi Gliserol sebagai Plasticizer terhadap Kualitas Jenang Dodol Selama Penyimpanan", In Jurnal Teknosains Pangan, Vol. 2, No. 1, ISSN 2302-0733, pp. 125-126, Januari, Aktivitas Antioksidan pada Kulit Jeruk Manis Citrus sinensis sebagai Alternatif Bahan Pembuatan Masker WajahE R FriatnaR AchmadH TantiFriatna, E. R., Achmad, R., Tanti, H., "Uji Aktivitas Antioksidan pada Kulit Jeruk Manis Citrus sinensis sebagai Alternatif Bahan Pembuatan Masker Wajah", pp. 5-6, Agustus, Aplikasi Gel Ekstrak Kulit Citrus sinensis terhadap Epitelisasi pada Penyembuhan Luka Gingiva Tikus Sprague DawleyA T KartikaningtyasPrayitnoP L SriKartikaningtyas, A. T., Prayitno, Sri, P. L., "Pengaruh Aplikasi Gel Ekstrak Kulit Citrus sinensis terhadap Epitelisasi pada Penyembuhan Luka Gingiva Tikus Sprague Dawley", In Jurnal Maj Ked Gi Ind, Vol. 1, No. 1, ISSN 2460-0164, pp. 87, Juni, Senyawa Bioaktif sebagai Antioksidan Alami Spirulina platensis Segar dengan Pelarut yang BerbedaF FirdiyaniW A TriF M WidodoFirdiyani, F., Tri, W. A., Widodo, F. M., "Ekstraksi Senyawa Bioaktif sebagai Antioksidan Alami Spirulina platensis Segar dengan Pelarut yang Berbeda", In Jurnal JPHPI, Vol. 18, No. 1, DOI pp. 30, April, Edible Film dari Pati Jagung dengan Penambahan Filtrat Kunyit Putih sebagai AntibakteriR R AmaliyaD R P WidyaAmaliya, R. R., Widya, D. R. P., "Karakteristik Edible Film dari Pati Jagung dengan Penambahan Filtrat Kunyit Putih sebagai Antibakteri", In Jurnal Pangan dan Agroindustri, Vol. 2, No. 3, pp. 46-48, Juli, Senyawa Antioksidan, Antimikrobial dan Toksisitas dari Akar Tanaman Bayam Berduri Amaranthus spinosusM AlmurdaniM. Almurdani, "Eksplorasi Senyawa Antioksidan, Antimikrobial dan Toksisitas dari Akar Tanaman Bayam Berduri Amaranthus spinosus", J. K, Tesis Universitas Riau, Pekanbaru, Indonesia, 2013.